Cinta Tanah Air
Sayang… sayang… sayang…
Keping uang menina-bobokan Tuan
Kealpaan menghanyutkan penumpang
Ketulian membutakan mata-hati Tuan
Tak hiraukan kanan-kiri kehancuran
Hijauku jadi abu
Tanahku gersang
Air bah pun menyerang
Menderai tangis alam
Merkuri ikut merajam lautku
Istana biruku
Jadi kelabu
Terlumuri limbah nistamu
Tuan…
Tak cukup kau sematkan
Racun itu dalam kehidupanku
Tapi juga merasuk, menggerogoti
Otak anak negeriku
Jadi pilu, dungu, sendu
Tak merindukah kau…?!!
Bersitatap dengan keelokan nusantara kala itu
Jernih, tersenyum indah
Bak mutiara, yaqut dan marjan
Berseri-seri seperti mentari pagi
Menentramkan hati
Tuan…
Rangkul aku, peluk aku
Rawat aku, sayangi aku
Ar-Rahmaan*…
Jerit pohonku mengadu
Alun-isak bayuku mendayu merayu
Pun Ayat-Ayat Kauniyah-Mu
Tunduk di hadap-Mu
Atas seruan Rabbul ‘Alamin ku
Fabiayyi aalaa irabbikumaa tukadz dzibaan*…
Tundukkan pula tangan, hati hamba-hamba-Mu
Dari durja
Di atas nestapa alamku.
Keping uang menina-bobokan Tuan
Kealpaan menghanyutkan penumpang
Ketulian membutakan mata-hati Tuan
Tak hiraukan kanan-kiri kehancuran
Hijauku jadi abu
Tanahku gersang
Air bah pun menyerang
Menderai tangis alam
Merkuri ikut merajam lautku
Istana biruku
Jadi kelabu
Terlumuri limbah nistamu
Tuan…
Tak cukup kau sematkan
Racun itu dalam kehidupanku
Tapi juga merasuk, menggerogoti
Otak anak negeriku
Jadi pilu, dungu, sendu
Tak merindukah kau…?!!
Bersitatap dengan keelokan nusantara kala itu
Jernih, tersenyum indah
Bak mutiara, yaqut dan marjan
Berseri-seri seperti mentari pagi
Menentramkan hati
Tuan…
Rangkul aku, peluk aku
Rawat aku, sayangi aku
Ar-Rahmaan*…
Jerit pohonku mengadu
Alun-isak bayuku mendayu merayu
Pun Ayat-Ayat Kauniyah-Mu
Tunduk di hadap-Mu
Atas seruan Rabbul ‘Alamin ku
Fabiayyi aalaa irabbikumaa tukadz dzibaan*…
Tundukkan pula tangan, hati hamba-hamba-Mu
Dari durja
Di atas nestapa alamku.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda